Jumat, 16 Maret 2012

TEORI STEADY STATE


Teori Pembentukan Alam Semesta


Alam semesta yang kita miliki adalah ciptaan terbesar dan sempurna. Susunan dan Posisinya seluruhnya sudah diatur dengan seimbang. Rekayasa terumit yang tidak dapat dimanipulasi oleh siapapun di bumi kita ini. Kebesaran inilah yang merupakan sebuah konsep yang tidak dapat dinafikan dari Maha Agungnya sang Pencipta.
Fenomena-fenomena dari adanya Alam Semesta ditemukan oleh manusia merupakan buah dari khazanah pemikiran keingintahuan mereka (curiosity). Dengan rasa ingin tahu inilah manusia dapat mengubah no thing menjadi Know a lot of thing. Ceriousity yang dimiliki oleh ilmuan Astronom terdahulu merupakan yang tercerdas. Buktinya Selama ratusan tahun, para Ilmuwan telah banyak meneliti masalah ini yakni, Kemana Alam semesta menuju dan bagaimana Hukum yang menjaga tatanan  keseimbangannya hingga akhirnya menimbulkan sedikit teori.
Dalam makalah ini, insya Allah akan kami paparkan beberapa materi pembahasan yang berkaitan dengan teori terciptanya Alam semesta. Dalam hal ini teori Steady State yang khusus kami paparkan.

Sejarah Terciptanya Alam Semesta
Secara terminologi, penciptaan alam dapat dipahami sebagai sebuah peristiwa ketika alam semesta atau jagat raya dan segala isinya ini muncul dan mengada.[1] Berbicara tentang alam semesta, tentu saja di dalam benak kita sebagai manusia biasa timbul sebuah pertanyaan bagaimanakah alam semesta yang begitu besar dan luas tak bertepi ini berawal, kemana ia menuju bagaimana hukum yang menjaga tatanan dan keseimbangannya bekerja. Alam semesta itu ada seperti yang kita ketahui sekarang ini bukanlah tanpa suatu proses, akan tetapi alam semesta ini ada karena tercipta dan melalui proses yang begitu panjang.
Kita telah banyak mengetahui bahwa terdapat banyak teori yang berkembang mengenai pembentukan atau proses terciptanya alam semesta ini. Selama ratusan tahun para ilmuwan dan pemikir telah melakukan banyak penelitian tentang bagaimana terciptanya alam semesta ini dan hanya memunculkan sedikit sekali teori. Gagasan yang umum di abad ke-19 adalah gagasan para kaum materialis, yang menyatakan alam semesta ini  merupakan kumpulan materi dengan ukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya seperti sedia kala  yaitu tetap tidak berubah sama sekali. Selain menetapkan dasar berpijak bagi faham materialis bahwa alam semesta ini adalah tidak berawal dan tidak berakhir, pandangan ini juga menolak keberadaan sang pencipta (Allah).[2]
Pada pertengahan abad ke-20 seorang materialis, astronom terkemuka asal Inggris Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut dengan teori “Steady State” yang mirip dengan teori alam semesta tetap abad ke-19. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa, tujuannya adalah untuk mempertahankan faham materialis[3]. Dengan berkembangannya teknologi dan temuan-temuan penelitian, akhirnya teori ini terpatahkan oleh suatu teori  yang menyatakan bahwa alam semesta ini bukanlah statis, melainkan alam semesta ini terbentuk atas proses suatu ledakan besar, yang poluler dengan sebutan teori  Big bang.[4]
Sejarah tentang alam semesta ini merupakan bagian integral yang penting dari ilmu pengetahuan dalam islam, bagaimanakah asal usul alam semesta dan kemana akhirnya. Di dalam Al-qur’an dijelaskan dalam surat Hud ayat 7 (tujuh), bahwa Allah telah menciptakan alam semesta ini yaitu langit dan bumi dalam kurun waktu enam masa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini pada dasarnya adalah berawal dari ketiadaan.

Perkembangan serta runtuhnya Steady State[5]

Embrio Steady State bermula atas dasar pijakan faham Materialis yang memberikan pandangan terhadap penciptaan Alam semesta ini tak berawal dan tak berakhir. Faham Materialis adalah salah satu faham yang berfikir bahwa materi satu-satunya keberadaan mutlak dan menlak selain materi. Faham yang berakar dari Yunani kuno ini mendapat penerimaaan meluas ke abad 15. Dan pandangan ini dikenal dengan Faham Materialis dialektika Karl Mark. Yang beranggapan bahwa faham materialis meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham Atheis mereka. Misal terdapat dalam buku yang berjudul Principes Fondamentaly De Philoshopie yang di tulis oleh filusuf Materialis George Politzer, beliau mengatakan Alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan. Beliau menambahkan, jika Alam semesta diciptakan, sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dari ketiadaan. Ketika Politzer berpendapat Alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan , yang tidak lain berpijak pada model Alam semesta statis. Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad ke-20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut Steady-state yang mirip dengan teori ‘alam semesta tetap‘ di abad ke-19.
Teori Steady-state menyatakan, alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. 

Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka. Seiring bergilirnya waktu Pada Abad ke-19 yang menganggap Penciptaan Alam semesta ini bermodel statis, Namun pada Abad ke-20 denngan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi meruntuhkan pandangan kuno materialis tersebut,karena telah ditemukan bahwa Alam Semesta tidaklah tetap tapi terus mengembang. Selain itu berbagai pengamatan dan perhitungan oleh para ilmuwan menganggap bahwa Alam semesata ini memiliki permulaan dan diciptakan dari ledakan raksasa. Fenomena ini lah yang berdasarkan fakta telah diterima. Penemuan dimungkinkan Melalui berbagai pengamatan dan penemuan revolusioner.

Pandangan Filusuf Materialis terhadap Alam Semesta[6]
Kalamullah telah mengajak kita untuk selalu mendayagunakan akal untuk memikirkan sesuatu, termasuk Alam Semesta. Sebagaimana telah difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Ghaasiyyah ayat 17-22 :
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ   n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ   n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ  n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ   öÏj.xsù !$yJ¯RÎ) |MRr& ֍Åe2xãB ÇËÊÈ   |Mó¡©9 OÎgøn=tæ @ÏÜøŠ|ÁßJÎ/ ÇËËÈ  
Artinya :  Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.  Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,
Berdasarkan ayat tersebut, jika di tinjau lebih dalam sesungguhnya mengandung sebuah ungkapan agar menyadari dan berfikir serta menggunakan akal untuk memahami lebih jauh tentang Alam Semesta, termasuk kita dan filusuf yang berperan juga didalamnya. Bagaimanakah alam semesta tak berbatas tempat kita tinggal ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan jagat raya ini berkembang? Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat dan terlindung bagi kita?
Aneka pertanyaan seperti ini telah menarik perhatian sejak ras manusia bermula. Para ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan akal sehat mereka sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam semesta merupakan bukti keberadaan Pencipta Mahatinggi yang menguasai seluruh jagat raya.
Namun realitas penciptaan yang diungkapkan telah diabaikan atau diingkari sejak dahulu oleh sebuah pandangan filosofis tertentu.  Pandangan yang bermotif gagasan "keberadaan abadi" ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang berasal dari filsafat Materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filsafat ini bertahan dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir kekaisaran Romawi dan Abad Pertengahan, materialisme mulai mengalami kemunduran karena pengaruh filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah Renaisans, materialisme kembali mendapatkan penerimaan luas di antara pelajar dan ilmuwan Eropa, sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap filsafat Yunani kuno.
Kemudian salah seorang filusuf , Immanuel Kant[7] pada masa Pencerahan Eropa, menyatakan dan mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Akan tetapi temuan ilmu pengetahuan dan sains modern yang berkembang akhirnya melumpuhkan gagasan kuno yang dinamakan Materialisme ini. Mengenai hal tersebut  telah ditemukan bahwa alam semesta tidaklah tetap seperti dugaan faham Materialisme, tetapi malah sebaliknya, ia terus mengembang. Selain itu berbagai pengamatan dan perhitungan telah membuktikan bahwa alam semesta memiliki peermulaan dan ia diciptakan dari ketiadaan melalui dentuman besar. Dengan kata lain alam semesta terbentuk karena adanya sang Pencipta (Allah SWT). Dan kini fakta ini telah diterima diseluruh dunia ilmu pengetahuan.
Kesimpulannya, bahwa pandangan filsafat Materialisme telah ditolak oleh temuan sains modern, Seperti yang ditujukkan Allah SWT dalam Kalam-Nya :
$tBur $uZø)n=yz suä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ WxÏÜ»t/ 4 y7Ï9ºsŒ `sß tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ×@÷ƒuqsù tûïÏ%©#Ïj9 (#rãxÿx. z`ÏB Í$¨Z9$# ÇËÐÈ  
Yang artinya : “ dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”.(QS. Shaad : 27)

    Tokoh-Tokoh Yang Pro dan Kontra Terhadap Teori Steady State
Ø  Tokoh yang mendukung (Pro) terhadap teori Steady State
1.      H. Bondi, T. Gold, and F. Hoyle mengatakan bahwa alam semesta tidak ada awalnya  dan tidak ada akhirnya. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi secara terus menerus datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa (space) yang membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjahui kita dalam ekspansinya. [8]
2.      Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.[9]
3.      Filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa “alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan” dan menambahkan: “Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan”.[10]

Ø  Tokoh-tokoh yang menolak (kontra) terhadap teori Steady State:
1.      Pada tahun 1922 M, hli fisika rusia, Alexandra Friedman, menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan bahwa impuls kecil pun mungkin cukup untuk menciptakan keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einsten.[11]
2.      George Leimatre menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan dipicu oleh “sesuatu” yang menyebabkan jagad raya terus mengembang.
3.      Pada tahun 1915, Albert Einsten telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan perhitungan-perhitungan berdasarkan teori Relativitas yang baru ditemukannya (yang mengantisipasi  kesimpulan Friedman dan Leimatre).
4.      Edwin Hubble
Penemuan hubble bahwa alam semesta mengembang memunculkan model lain yang tidak membutuhkan tipuan untuk menghasilkan persamaan sesuai dengan keinginan. Jika alam semesta semakin besar sejalan dengan waktu, mundur kemasa lalu berarti alam semesta semakin kecil; dan jika seorang bisa mundur cukup jauh, segala sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada stu titik. Kesimpulan yang harus diturunkan dari model ini adalah bahwa pada suatu saat, semua materi di alam semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai “Volume Nol” karena gaya gravitasinya yang sangat besar. Ada kebenaran lain yang ditunjukkan Dentumn Besar ini. Untuk mengatakan bahwa sesuatu mempunyai volume nol adalah sama saja dengan mengatakan bahwa sesuatu itu “tidak ada”. Seluruh alam semesta diciptakan dari “ketiadaan” ini. Dan lebih jauh, alam semesta mempunyai permulaan, berlawanan dengan pendapat materialisme, yang mengatakan bahwa “alam semesta sudah ada selamanya”.[12]      













[1] Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, Bismillah publisher: Banyuwangi Jawa Timur,2012, hal. 46
[2]http://www.masbied.com/2011/01/29/hayya-binaa-nadrus. Di unduh pada 14 maret 2012, 01.44 PM
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Artikel ilmiah: http://www.masbied.com. Ditulis 29 januari 2011
[6] Harun Yahya, http://id.harunyahya.com/id/books/2957/PENCIPTAAN_ALAM_SEMESTA
[7] Filsuf Jerman, Immanuel Kant adalah orang pertama yang mengajukan pernyataan "alam semesta tanpa batas" pada Zaman Baru. Tetapi penemuan ilmiah menggugurkan pernyataan Kant. Filsuf Jerman, Immanuel Kant adalah orang pertama yang mengajukan pernyataan "alam semesta tanpa batas" pada Zaman Baru. Tetapi penemuan ilmiah menggugurkan pernyataan Kant.
[8] Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, PT REMAJA ROSDAKARYA: Bandung,  2009, cet.III.        hal.50-51.
[9] wordpress.com/tag/tata-surya/ . pkl 20.25
[10] ibid
[11] Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, Bismillah Publisher: Banyuwangi, 2012, hal. 53-54.
[12] Ibid, hal. 55-56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar