Teori Pembentukan Alam Semesta
Alam semesta yang kita miliki adalah ciptaan terbesar dan sempurna.
Susunan dan Posisinya seluruhnya sudah diatur dengan seimbang. Rekayasa terumit
yang tidak dapat dimanipulasi oleh siapapun di bumi kita ini. Kebesaran inilah
yang merupakan sebuah konsep yang tidak dapat dinafikan dari Maha Agungnya sang
Pencipta.
Fenomena-fenomena dari adanya Alam Semesta ditemukan oleh manusia
merupakan buah dari khazanah pemikiran keingintahuan mereka (curiosity).
Dengan rasa ingin tahu inilah manusia dapat mengubah no thing menjadi Know
a lot of thing. Ceriousity yang dimiliki oleh ilmuan Astronom terdahulu
merupakan yang tercerdas. Buktinya Selama ratusan tahun, para Ilmuwan telah
banyak meneliti masalah ini yakni, Kemana Alam semesta menuju dan bagaimana
Hukum yang menjaga tatanan
keseimbangannya hingga akhirnya menimbulkan sedikit teori.
Dalam makalah ini, insya Allah akan kami paparkan beberapa materi
pembahasan yang berkaitan dengan teori terciptanya Alam semesta. Dalam hal ini
teori Steady State yang khusus kami paparkan.
Sejarah Terciptanya Alam Semesta
Secara terminologi, penciptaan alam dapat dipahami sebagai sebuah
peristiwa ketika alam semesta atau jagat raya dan segala isinya ini muncul dan
mengada.[1]
Berbicara tentang alam semesta, tentu saja di dalam benak kita sebagai manusia
biasa timbul sebuah pertanyaan bagaimanakah alam semesta yang begitu besar dan
luas tak bertepi ini berawal, kemana ia menuju bagaimana hukum yang menjaga tatanan
dan keseimbangannya bekerja. Alam semesta itu ada seperti yang kita ketahui
sekarang ini bukanlah tanpa suatu proses, akan tetapi alam semesta ini ada
karena tercipta dan melalui proses yang begitu panjang.
Kita telah banyak mengetahui bahwa terdapat banyak teori yang
berkembang mengenai pembentukan atau proses terciptanya alam semesta ini.
Selama ratusan tahun para ilmuwan dan pemikir telah melakukan banyak penelitian
tentang bagaimana terciptanya alam semesta ini dan hanya memunculkan sedikit sekali
teori. Gagasan yang umum di abad ke-19 adalah gagasan para kaum materialis,
yang menyatakan alam semesta ini
merupakan kumpulan materi dengan ukuran tak hingga yang telah ada sejak
dulu kala dan akan terus ada selamanya seperti sedia kala yaitu tetap tidak berubah sama sekali. Selain
menetapkan dasar berpijak bagi faham materialis bahwa alam semesta ini adalah
tidak berawal dan tidak berakhir, pandangan ini juga menolak keberadaan sang
pencipta (Allah).[2]
Pada pertengahan abad ke-20 seorang materialis, astronom terkemuka
asal Inggris Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut dengan teori
“Steady State” yang mirip dengan teori alam semesta tetap abad ke-19. Teori ini
menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa, tujuannya
adalah untuk mempertahankan faham materialis[3].
Dengan berkembangannya teknologi dan temuan-temuan penelitian, akhirnya teori
ini terpatahkan oleh suatu teori yang
menyatakan bahwa alam semesta ini bukanlah statis, melainkan alam semesta ini
terbentuk atas proses suatu ledakan besar, yang poluler dengan sebutan
teori Big bang.[4]
Sejarah tentang alam semesta ini merupakan bagian integral yang
penting dari ilmu pengetahuan dalam islam, bagaimanakah asal usul alam semesta
dan kemana akhirnya. Di dalam Al-qur’an dijelaskan dalam surat Hud ayat 7
(tujuh), bahwa Allah telah menciptakan alam semesta ini yaitu langit dan bumi
dalam kurun waktu enam masa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini
pada dasarnya adalah berawal dari ketiadaan.
Perkembangan serta runtuhnya Steady State[5]
Embrio Steady State bermula atas
dasar pijakan faham Materialis yang memberikan pandangan terhadap penciptaan
Alam semesta ini tak berawal dan tak berakhir. Faham Materialis adalah salah
satu faham yang berfikir bahwa materi satu-satunya keberadaan mutlak dan menlak
selain materi. Faham yang berakar dari Yunani kuno ini mendapat penerimaaan
meluas ke abad 15. Dan pandangan ini dikenal dengan Faham Materialis dialektika
Karl Mark. Yang beranggapan bahwa faham materialis meyakini model alam semesta
tak hingga sebagai dasar berpijak paham Atheis mereka. Misal terdapat dalam
buku yang berjudul Principes Fondamentaly De Philoshopie yang di tulis
oleh filusuf Materialis George Politzer, beliau mengatakan Alam semesta
bukanlah sesuatu yang diciptakan. Beliau menambahkan, jika Alam semesta
diciptakan, sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dari ketiadaan.
Ketika Politzer berpendapat Alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan , yang
tidak lain berpijak pada model Alam semesta statis. Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle
termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad
ke-20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut Steady-state yang mirip
dengan teori ‘alam semesta tetap‘ di abad ke-19.
Teori Steady-state menyatakan, alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang.
Teori Steady-state menyatakan, alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang.
Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan
mereka. Seiring bergilirnya waktu Pada Abad ke-19 yang menganggap
Penciptaan Alam semesta ini bermodel statis, Namun pada Abad ke-20 denngan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi meruntuhkan pandangan kuno
materialis tersebut,karena telah ditemukan bahwa Alam Semesta tidaklah tetap
tapi terus mengembang. Selain itu berbagai pengamatan dan perhitungan oleh para
ilmuwan menganggap bahwa Alam semesata ini memiliki permulaan dan diciptakan
dari ledakan raksasa. Fenomena ini lah yang berdasarkan fakta telah diterima.
Penemuan dimungkinkan Melalui berbagai pengamatan dan penemuan revolusioner.
Pandangan Filusuf Materialis terhadap Alam Semesta[6]
Kalamullah telah mengajak kita untuk selalu mendayagunakan akal
untuk memikirkan sesuatu, termasuk Alam Semesta. Sebagaimana telah difirmankan
Allah SWT dalam surat Al-Ghaasiyyah ayat 17-22 :
xsùr& tbrãÝàYt n<Î) È@Î/M}$# y#ø2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#ø2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ öÏj.xsù !$yJ¯RÎ) |MRr& ÖÅe2xãB ÇËÊÈ |Mó¡©9 OÎgøn=tæ @ÏÜø|ÁßJÎ/ ÇËËÈ
Artinya : Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana Dia diciptakan,dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka
berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
peringatan. Kamu bukanlah orang yang
berkuasa atas mereka,
Berdasarkan
ayat tersebut, jika di tinjau lebih dalam sesungguhnya mengandung sebuah
ungkapan agar menyadari dan berfikir serta menggunakan akal untuk memahami
lebih jauh tentang Alam Semesta, termasuk kita dan filusuf yang berperan juga
didalamnya. Bagaimanakah alam
semesta tak berbatas tempat kita tinggal ini terbentuk? Bagaimanakah
keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan jagat raya ini berkembang?
Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat dan terlindung bagi
kita?
Aneka pertanyaan
seperti ini telah menarik perhatian sejak ras manusia bermula. Para ilmuwan dan
filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan akal sehat mereka sampai pada
kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam semesta merupakan bukti keberadaan
Pencipta Mahatinggi yang menguasai seluruh jagat raya.
Namun realitas penciptaan yang diungkapkan telah diabaikan atau diingkari sejak dahulu oleh
sebuah pandangan filosofis tertentu.
Pandangan yang bermotif gagasan "keberadaan abadi" ini sesuai dengan pandangan
orang Eropa yang berasal dari filsafat Materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia Yunani kuno,
menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagat
raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filsafat ini bertahan
dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir kekaisaran
Romawi dan Abad Pertengahan, materialisme mulai mengalami kemunduran karena
pengaruh filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah Renaisans, materialisme
kembali mendapatkan penerimaan luas di antara pelajar dan ilmuwan Eropa,
sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap filsafat Yunani kuno.
Kemudian salah seorang filusuf , Immanuel
Kant[7]
pada masa Pencerahan Eropa, menyatakan dan mendukung kembali materialisme. Kant
menyatakan bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas,
betapapun mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan
gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Akan tetapi temuan
ilmu pengetahuan dan sains modern yang berkembang akhirnya melumpuhkan gagasan
kuno yang dinamakan Materialisme ini. Mengenai hal tersebut telah ditemukan bahwa alam semesta tidaklah
tetap seperti dugaan faham Materialisme, tetapi malah sebaliknya, ia terus
mengembang. Selain itu berbagai pengamatan dan perhitungan telah membuktikan
bahwa alam semesta memiliki peermulaan dan ia diciptakan dari ketiadaan melalui
dentuman besar. Dengan kata lain alam semesta terbentuk karena adanya sang
Pencipta (Allah SWT). Dan kini
fakta ini telah diterima diseluruh dunia ilmu pengetahuan.
Kesimpulannya, bahwa pandangan
filsafat Materialisme telah ditolak oleh temuan sains modern, Seperti yang
ditujukkan Allah SWT dalam Kalam-Nya :
$tBur $uZø)n=yz suä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ WxÏÜ»t/ 4 y7Ï9ºs `sß tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ×@÷uqsù tûïÏ%©#Ïj9 (#rãxÿx. z`ÏB Í$¨Z9$# ÇËÐÈ
Yang artinya : “ dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan
masuk neraka”.(QS. Shaad : 27)
Ø Tokoh yang mendukung (Pro)
terhadap teori Steady State
1.
H.
Bondi, T. Gold, and F. Hoyle mengatakan bahwa alam semesta tidak ada
awalnya dan tidak ada akhirnya. Alam
semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi secara terus menerus
datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa (space) yang membentuk
galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjahui kita dalam
ekspansinya. [8]
2. Materialisme
adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan
yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan
Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir
ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.[9]
3. Filosof materialis George Politzer mengatakan
bahwa “alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan” dan menambahkan: “Jika ia
diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari
ketiadaan”.[10]
Ø Tokoh-tokoh yang menolak (kontra) terhadap teori Steady State:
1.
Pada
tahun 1922 M, hli fisika rusia, Alexandra Friedman, menghasilkan perhitungan
yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan bahwa impuls
kecil pun mungkin cukup untuk menciptakan keseluruhan mengembang atau mengerut
menurut Teori Relativitas Einsten.[11]
2.
George
Leimatre menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan dipicu oleh
“sesuatu” yang menyebabkan jagad raya terus mengembang.
3.
Pada
tahun 1915, Albert Einsten telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin
statis dengan perhitungan-perhitungan berdasarkan teori Relativitas yang baru
ditemukannya (yang mengantisipasi
kesimpulan Friedman dan Leimatre).
4.
Edwin
Hubble
Penemuan
hubble bahwa alam semesta mengembang memunculkan model lain yang tidak
membutuhkan tipuan untuk menghasilkan persamaan sesuai dengan keinginan. Jika
alam semesta semakin besar sejalan dengan waktu, mundur kemasa lalu berarti
alam semesta semakin kecil; dan jika seorang bisa mundur cukup jauh, segala
sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada stu titik. Kesimpulan yang harus
diturunkan dari model ini adalah bahwa pada suatu saat, semua materi di alam
semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai “Volume Nol”
karena gaya gravitasinya yang sangat besar. Ada kebenaran lain yang ditunjukkan
Dentumn Besar ini. Untuk mengatakan bahwa sesuatu mempunyai volume nol adalah
sama saja dengan mengatakan bahwa sesuatu itu “tidak ada”. Seluruh alam semesta
diciptakan dari “ketiadaan” ini. Dan lebih jauh, alam semesta mempunyai
permulaan, berlawanan dengan pendapat materialisme, yang mengatakan bahwa “alam
semesta sudah ada selamanya”.[12]
[1]
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, Bismillah publisher: Banyuwangi
Jawa Timur,2012, hal. 46
[3]
Ibid.
[4]
Ibid.
[6]
Harun Yahya, http://id.harunyahya.com/id/books/2957/PENCIPTAAN_ALAM_SEMESTA
[7]
Filsuf Jerman, Immanuel Kant adalah orang
pertama yang mengajukan pernyataan "alam semesta tanpa batas" pada
Zaman Baru. Tetapi penemuan ilmiah menggugurkan pernyataan Kant. Filsuf Jerman,
Immanuel Kant adalah orang pertama yang mengajukan pernyataan "alam
semesta tanpa batas" pada Zaman Baru. Tetapi penemuan ilmiah menggugurkan
pernyataan Kant.
[8]
Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, PT REMAJA
ROSDAKARYA: Bandung, 2009, cet.III. hal.50-51.
[10]
ibid
[11]
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, Bismillah Publisher: Banyuwangi,
2012, hal. 53-54.
[12]
Ibid, hal. 55-56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar