1. Bagaimana Bumi Diciptakan
1) Prosedur Penciptaan Bumi
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa al qur’an dalam
mengungkapkan suatu perjlas namun hanya masalahan tidak diungkapkan secara
dengan isyarat yang bersifat umum. Dalam pemahamannya harus melibatkan
penelitian yang lebih mendalam. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Imam Ja’far Al
Shidiq mengenai hal ini mengatakan bahwa,”Asal-usul prinsip segala sesuatu dan
menyebabkan berkembang adalah intelek. Tanpa intelek tak ada yang bisa dicapai.
Tuhan menganugerahkan kepada hamba-Nya cahaya dan hiasan intelek. Dengan
intelek hamba itu dapat mengetahui penciptaan-Nya, dan memahami Dialah yang
mengatur dan merekalah yang diatur. Dengan intelek mereka menyimpulkan kuat
pengamatan bahwa yang ada di alam semesta ini telah diatur oleh sang pencipta.[1]
Seperti halnya dalam penciptaan alam semesta, penciptaan
bumi yang merupakan hasil dari ledakan besar (big bang), pada asal mulanya
semua benda angkasa yang terhampar merupakan suatu gumpalan asap yang kemudian
bercerai-berai. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah SWT dalam Al qur’an
surat Al anbiya ayat 30 :
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
Artinya: ”
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?”
Seperti yang ditafsirkan oleh Imam Thantawi Jauhari
adalah sebagai berikut: ”Sesungguhnya langit dan bumi yakni matahari dan
planet-planet serta semua yang ada di dalam alam semesta dahulu semuanya saling
bertautan atau terkumpul dalam satu tempat, kemudian Allah memisahkannya. Ini
merupakan mu’jizat Al qur’an, karena teori ini tidak diketahui manusia kecuali
pada masa sekarang ini. Sedangkan yang menjadi sebab asal mulanya alam ini
berupa api yang menyala, kemudian akibat perputaran yang terus menerus dalam
kurun waktu lama bagian luar matahari menjadi dingin dan lepas.
Berdasarkan usaha keras yang melibatkan ribuan pakar dan
waktu yang cukup panjang dibuktikanlah pada umat manusia bahwa bumi kita pada
awal penciptaannya penuh dengan air, sampai tidak ada kawasan air yang tampak,
kemudian Allah menghendaki untuk memuntahkan dasar samudera luas dengan letusan
gunung berapi yang terus-menerus memuntahkan lava yang menggumpal satu sama
lain. Dengan terus-menerusnya berlangsungnya aktifitas gunung berapi, kepulauan
vulkanik ini pun berkembang secara bertahap melalui proses pengembangan,
sehingga terbentuklah benua induk yang terkenal dengan benua Pangea.
Kemudian Allah SWT berkehendak membelah benua induk ini
melalui jaringan retakan-retakan dan penyekungan bumi, yang akhirnya
mengakibatkan benua ini terbelah menjadi tujuh yang kita kenal. Bahkan
antarbenua saling menjauh sampai berada di posisi sekarang. Dalam proses ini
sebagian dari dasar samudera berubah menjadi daratan oleh letusan gunung berapi
yang terus-menerus berulang . Daratan juga membelah dengan proses yang
diakibatkan oleh retakan dan penyekungan bumi menjadi dua bagian terpisah
dengan lautan, bahkan laut ini senantiasa meluas sehingga berubah menjadi
samudera.[2]
2) Masa Penciptaan Bumi.
Kitab-kitab samawi terdahulu menyepakati bahwa Allah SWT
telah menciptakan langit, bumi dan segala isinya dalam waktu enam hari. Begitu
juga Al-Qur’an dalam hal ini memberikan ilustrasi kepada kita tentang masa
penciptaan langit, bumi dan isinya yaitu dalam Enam masa. Sebagaimana firman
Allah SWT :
ö@è% öNä3§Yάr& tbrãàÿõ3tGs9 Ï%©!$$Î/ t,n=y{ uÚöF{$# Îû Èû÷ütBöqt tbqè=yèøgrBur ÿ¼ã&s! #Y#yRr& 4 y7Ï9ºs >u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÒÈ
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu
kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". (QS. Fushsilat : 9)
Secara eksplisit ayat diatas menjelaskan bahwa penciptaan
langit, bumi, beserta isinya dalam waktu enam hari. Nampaknya jika hal ini
diperbandingkan pernyataan dalam Bibel, hampir
tidak ada perbedaan. Sebab menurut riwayat Bibel
bahwa alam semesta ini juga diciptakan dalam waktu enam hari. Hal ini berarti enam hari yang ada pada Bibel
juga sama dengan enam hari yang ada di al-qur’an[3]
Akan tetapi, al-Qur’an
belum cukup menyebutkan hakikat tentang alam ini, Oleh karena itu ada hakikat
pendukung tentang penjelasan dari hari-hari penciptaan langit dan bumi tersebut
yang termaktub dalam al-Qur’an yang berbeda dengan kitab samawi. Sebagaimana
telah diuraikan lewat ayat di atas, bahwa penciptaan alam dalam waktu enam
hari, Akan tetapi dalam ayat lain di jelaskan bahwa Allah telah menciptakan
langit, bumi beserta isinya dalam waktu dua hari[4]
Sebagaimana diuraikan dalam ayat diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa, memang benar Allah SWT menciptakan langit dan bumi beserta
isinya dalam waktu 6 hari dengan rincian, 2 massa menciptakan langit dan
bumi, 4 massa diciptakan apa-apa yang
ada didalamnya seperti gunung-gunung, daratan, lautan, dan sebagainya.
Sedangkan maksud dari surat Fushshilat ayat 9 tersebut,
karena tenggang waktu penciptaan bumi sejak dalam bentuk asap hingga berotasi pada porosnya secara
tetap mengitari matahari dalam bentuk bola yang halus, yang memiliki permukaan
menyerupai cairan telah menghabiskan waktu selama dua hari.[5]
Menurut al-Qur’an surat Fushshilat ayat 10 menyimpulkan
bahwa setelah semuanya seimbang dalam tempo 4 hari atau 4 massa selanjutnya
Allah menciptakan gunung-gunung, lautan, samudera, benua, dan sungai serta
pelindung atau perisai untuk melindungi bumi dari meteor-meteor luar angkasa
yang menghujani bumi. Setelah itu Allah SWT melengkapinya dengan kehidupan yang
dimulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan kemudian menciptakan manusia pada
akhir penghujung hari ke-6.
Sedangkan menurut tafsir Ahmad Musthafa Al Maraghi
tentang kalimat fii arba’ati ayyami ,
bahwasannya penciptaan bumi, dijadikannya kekayaan bumi, dan ditentukannya
kadar bahan makanan adalah dalam dua tahapan pula, jadi seluruhnya dalam empat
tahapan.[6]
2. Bumi Itu Bulat
Dalam al-Qur’an sebelumnya telah disinggung sejak jauh
hari bahwa bentuk bumi yang bulat pada sebuah masa dimana kebodohan dan tahayyul
merajalela. Informasi mengenai bumi ini tersebar dalam beberapa ayat, Allah SWT
menuturkan bahwa siang hari menyusul malam dengan cepat, begitu pula sebaliknya
tanpa mengalami kemandegan.
Marilah kita perhatikan
firman Allah SWT sebagai berikut :” Ia menyusulnya dengan cepat” . Menurut fakta ini bahwa jalur peredarannya
berputar dengan teratur. Memahami ayat tersebut, tampak dengan jelas pada kita tentang ilustrasi
jalur peredaran yang berputar mengelilingi bumi. Pada jalur itu terjadilah
malam dan siang. Waktu malam ada setelah menutupi siang, begitu sebaliknya.
Allah SWT berfirman pada Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat
5:
t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Èd,ysø9$$Î/ ( âÈhqs3ã @ø©9$# n?tã Í$pk¨]9$# âÈhqs3ãur u$yg¨Y9$# n?tã È@ø©9$# ( t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@à2 Ìøgs 9@y_L{ K|¡B 3 wr& uqèd âÍyèø9$# 㻤ÿtóø9$# ÇÎÈ
Artinya : “ Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang
benar; dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Kata “menutupkan” dalam ayat diatas diartikan takwir.[7]
Dalam kamus bahasa Arab, misalnya kata ini digunakan untuk menggambarkan
pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu diatas yang lain secara melingkar
sebagaimana sorban dipakaikan di kepala.[8]
Keterangan diatas
bahwa siang dan malam saling menutup satu sama lain, di dalamnya berisi
keterangan yang tepat mangenai bentuk bumi. Ini berarti dalam al-Qur’an yang
telah diturunkan pada abad ke-7 telah mengisyaratkan bentuk planet yang bulat. Bentuk
bumi juga bulat sebagaiman planet-planet yang lain dengan bukti :[9]
·
Ketika matahari baru saja terbenam, aawan dan gunung-gunung yang tinggi
masih kelihatan terang.
·
Pelayaran kesatu arah akan kembali ke tempat semula.
·
Kapal yang menuju ke pantai yang terlihat lebih dulu adalah tiangnya yang
tinggi.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’du ayat 3:
Dan juga berfirman dalam
Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 19:
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ytB $uZøs)ø9r&ur $ygÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ
Artinya : ”
Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”.
Sebagaimana
diuraikan dalam ayat diatas, bahwa bumi itu dihamparkan, jika lebih
memahaminya, bukan berarti bumi itu datar, akan tetapi yang dimaksud ayat
diatas adalah begitu hampar. Lalu
bagaimana bumi itu dihamparkan ? Apa maksudnya? Maksudnya ialah, ketika
kita hendak melakukan perjalanan diatas
bumi, maka bumi tersebut membentang di hadapan kita, bumi tidak memiliki
batasan akhir hingga mencapai titik putar tanpa ada arah dibelakangnya, atau
berupa jurang pemisah yang bersifat pemanen dimana kita tidak mampu
melewatinya.
Selanjutnya
kita berjalan ke berbagai arah sesuai dengan apa yang kita inginkan. Semuanya
berjalan secara berputar, Dimana kita berjalan disitu bumi membentang. Tidak
ada bentuk penampilan (figur) yang dapat menyatakan hal itu di dalamnya.
Kecuali bumi berbentuk bundar, kemanapun kita berjalan diatasnya, maka bumi
tetap membentang dihadapan kita. Bentuk apapun selain bundar tidak mungkin bisa
menyatakan maksud dari makna ayat di atas.
Fakhrur
Ar-Razi dalam tafsirnya Mafatih Al-ghoib mengisyaratkan bahwa bumi itu
bulat dan tidak datar. Dalam hal itu beliau berkata : “ Sesungguhnya maksud
dibentangkannya bumi adalah di hamparkannya sampai pada batas yang tidak di
ketahui ujung pangkalnya. Sebagaimana Allah SWT telah menjadikan ukuran bumi itu
begitu besar, sehingga penglihatan mata kita tidak bisa mencapai batas ujung
pangkalnya. Sebuah bola jika bentuknya sama besar, maka setiap bagiannya
terlihat seperti permukaan yang rata nan membentang.[10]
Usman
Surya sama sekali tidak menunjukkan ayat Al-Qur’an manakah yang menyebutkan
bahwa Allah SWT menegaskan bahwasanya bumi itu datar. Justru Al-Qur’an
menegaskan bahwa langit tak bertiang.
Sepengetahuan
penulis yang sering disalah tafsirkan jjika seolah-olah Bumi itu datar salah
satunya adalah ayat al-Qur’an yang berarti : "Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hampara bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahuinya" (QS.Al-Baqarah:22)
Bumi
diciptakan oleh Allah SWT memang berbentuk bulat. Namun itu adalah hakikat
ilmiah yang sulit terbantahkan. Lalu Dia (Allah) menjadikan yang bulat itu
terhampar bagi manusia yakni kemanapun mereka melangkahkan kaki, mereka akan
melihat atau mendapatkan bumi terhampar. Itu dijadikan oleh Allah SWT agar
manusia dapat meraih manfaat sebanyak mungkin dari pembentukan bumi demikian
tersebut.
Muhammad
Quraisy Shihab juga menambahkan bahwa dalam firman tersebut: ”Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kamu”. Demikian memberi kesan tentang betapa bumi telah dijadikan oleh Allah SWT
begitu mudah dan nyaman untuk dihuni manusia. Sehingga kehidupan tidak berubah,
bagaikan “kasur yang terhampar dan siap untuk ditiduri”.
Jelaslah
bahwa pengertian terhampar atau terbentang luas itu tidak identik dengan bumi
yang datar dan luas. Sebagai bukti walaupun bumi itu luas, namun jika kita
melihat padang sawah atau ladang yang terbentang luas. Untuk itu perlu kita
renungkan ayat Al qur’an tersebut yang secara jelas menggambarkan hamparan
tumbuh-tumbuhan di padang luas.[11]
3. Penafsiran Tentang As-Samawat
Langit
dalam bahasa arab merupakan derivasi dari as sama’(mufrod), yang
jamaknya As-Saamawat. Kata tersebut dalam al-Qur’an terulang sebanyak
310 kali, yang semuanya itu telah tersebar dalam beberapa surat di dalam al-Qur’an
. Dalam bentuk mufrod kata al Sama’ disebut sebanyak 120 kali, sedang dalam bentuk jamak terulang
sebanyak 190 kali.[12]
Pengertian
langit menurut Ir.Abdurrozaq Naufal , bahwasannya langit menurut bahasa adalah
segala sesuatu yang berada di atas kita lantas melindungi kita, maka dengan demikian arti langit bagi
alam sama seperti atap bagi rumah. Lebih lanjut lagi, dia mengatakan bahwa
menurut ilmu pengetahuan langit adalah sebuah segala apa yang ada di sekeliling
benda-benda yang terdiri dari bintang-bintang, dan kumpulan-kumpulan tata
surya. Dengan demikian, langit itu merupakan sesuatu yang meliputi bumi.[13]
Ada
juga yang menginterpretasikan langit sebagai bola dunia yang menghimpun seluruh
garis-garis orbit dan bintang-bintang di majaroh kita, yakni batas alam
material kita.[14]
Penafsiran ini juga sesuai jika dilihat sebagaimana penafsiran Imam Muhammad
Abduh, mengatakan: langit (As Samaau) adalah berbagai sesuatu yang berada di
atas ketinggian kepala kita.
Para
astronom sepakat bahwasannya langit itu adalah sesuatu yang berada di
sekeliling bumi dan di atas kita yang mana di dalamnya terdapat planet-planet,
satelit, galaksi dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an
Surat Al Anbiya ayat 104:
tPöqt ÈqôÜtR uä!$yJ¡¡9$# ÇcsÜ2 Èe@ÉfÅb¡9$# É=çGà6ù=Ï9 4 $yJx. !$tRù&yt/ tA¨rr& 9,ù=yz ¼çnßÏèR 4 #´ôãur !$oYøn=tã 4 $¯RÎ) $¨Zä. úüÎ=Ïè»sù ÇÊÉÍÈ
Artinya: “
(yaitu) pada hari kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran
kertas. sebagaimana kami Telah memulai panciptaan pertama begitulah kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah
yang akan melaksanakannya.”
Dalam
buku “langit dan para penghuninya (terjemahan As Samaa wa Ahl Samaa) karangan
Ir.Abdurrozaq Naufal, beliau menyatakan bahwa Al Qur’an membentangkan hakikat
penciptaan langit dan menjadikannya sebagai “atap yang terpelihara”, yaitu
terpelihara dari kejatuhan. Kata-kata terpelihara tersebut mencakup segala macam keterpeliharaan bagi
langit dari alam lain dan diantaranya bumi, akan tetapi orang-orang kafir tetap
berpaling dari ayat-ayat Allah SWT.[15]
4. Isi Bumi
a.
Gunung
Bila kita luaskan mata sejauh mata kita memandang,
misalnya memandang gunung menghijau,
betapa indah terlihat pemandangan tersebut. Bila kita ada kesempatan untuk
mendaki gunung tersebut, maka terasa udara pegunungan yang sejuk dan bersih
yang jauh dari polusi udara dan kebisingan kota. Apakah gunung yang berdiri kokoh dan tegak itu hanyalah
diam mematung tidak pernah bergerak?menurut Ahli Geologi, gunung sebenarnya
tidaklah diam mematung, tetapi gunung berfungsi memainkan peran penting dalam menstabilkan
kerak bumi[16].
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Anbiya ayat 31:
$uZù=yèy_ur Îû ÇÚöF{$# zÓźuru br& yÏJs? öNÎgÎ/ $uZù=yèy_ur $pkÏù %[`$yÚÏù Wxç7ß öNßg¯=yè©9 tbrßtGöku ÇÌÊÈ
Artinya: “ Dan Telah kami jadikan di bumi Ini
gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan
Telah kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka
mendapat petunjuk”.
Sebagaimana firman Allah dijelaskan bahwa gunung mempunyai
fungsi untuk mencegah goncangan pada bumi. Fakta itu tidak diketahui oleh
siapapun ketika Al Qur’an diturunkan. Gunung dalam kata lain, di pahami
Menggenggam lapisan pada kerak bumi secara bersama-sama melalui satu
"pancang" yang memanjang dari atas ke bawah oermukaan bumi, sekaligus
menghubungkan semua lapisan-lapisan dari dalambumi ini. Sebagaimana Firman
Alllah SWT dalam surat Luqman ayat 10, Yang artinya : "Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu
melihatnya dan dia meletakan gunung-gunung (dipermukaan) bumi supaya bumi itu
tidak menggoyangkan Kamu"
Peranan penting gunung dalam hal ini merupakan penemuan
hasil kejadian dalam bidang geologi modern dari kajian gempa bumi. hal itu
sebenarnya telah dijelaskan dalam Al-Qur'an berabad-abad yang lalu sebagai
lamabang kebijaksanaan TUhan Yang Maha Mengetahui. Allah SWT berfirman dalam
Qur'an Surat Fathir ayat 27 :
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ ;NºtyJrO $¸ÿÎ=tFøC $pkçXºuqø9r& 4 z`ÏBur ÉA$t6Éfø9$# 7yã` ÖÙÎ/ ÖôJãmur ì#Î=tFøC $pkçXºuqø9r& Ü=Î/#{xîur ×qß ÇËÐÈ
Artinya : “ Tidakkah kamu melihat
bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan
itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu
ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang
hitam pekat”.(Q.S Fathir : 27)
b.
Lautan dan Daratan
Sejak serempatan abad ini sebagian peneliti telah
mengkaji secara mendalam hakikat jumlah katadalam pembahasan Al-Qur'an yang
berkenaan dengan dimasukkannya pengertian "Lautan (al-bahr) kepada kata
"daratan"(al barr) telah muncul banyak pertanyaan mengenai kebenaran
hal ini, sehingga mendorong kita untuk mencoba mengkaji kembali dan menghitung
pengulangan jumlah kata Al- bahr (البحر)
dan kata al barr yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Kata bahr (بحر) dalam
Al-Qur'an dengan bentuk tunggal (mufrod) berjumlah32 ayat dan kata barr (بر) dalam bentuk tunggal berjumlah 12 ayat,
di tambah dengan satu ayat yang menggunakan kata Yabasan (يبسا) yang murodif dengan kata al barr (البر) maka berjumlah 13 ayat[17]
C.
Langit
Beradasarkan penjelajahan yang dilakukan para ilmuan dan
para mufassir dahulu terhadap lembaran
Al-Qur'an dapat disimpulkan bahwasanya tingkatan langit itu ada 7, Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Al-Mulk ayat 3,
Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù u|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌ
Artinya : “ Yang Telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S Al-Mulk : 3)
Ayat tersebut telah menjelaskan kepada kita bahwa ada 2
sifat langit, yaitu, pertama jumlah langit ada 7 dan kedua Bentuk langit bertingkat, yakni sebagian
langit berada diatas bagian lainnya. hal ini seperi yang kita ketahui dalam
tafsir Al-Qur'an dan Kamus-kamus bahasa arab. dalam surat Al-Tholaq ayat 12,
hanya memastikan bahwa bumi menyerupai langit. bila jumlah timhgktan langit ada
7, maka begitu pula dengan jumlah tingkatan bumi yang ada 7.
Sekarang kita berhenti sejenak pada kata 'ibasan (berlapis-lapis)
yang menerangkan tentang adanya tingkatan ini adalah apa yang ditemukan para
Ilmuan abad ini bahwa bumi ini
bertingkat-tingkat. padahal sejak jauh hari Al-Qur'an telah menerangkan bentuk
bumi yang bertingkat-tingkat. Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa jumla
tingkatannya ada 7 (tujuh)[18].
[1]Muhammad Nur Ichwan, Tafsir Ilmy Memahami Al-qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, Jogjakarta:Menara
Kudus, 2004, hal. 190-191.
[2]Dr. Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunah, Jakarta : Amzah, 2006. Hal.152-153.
[3]Ibid.,hal.197.
[4]Hisyam Thalbah dkk. Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadits. Bekasi:Sapta Santosa,
2008. hal.2
[5]Ibid.,hal.20.
[6]Ahmad Musthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al
Maraghi, Semarang:Taha Putra.hal.205.
[7]Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus
Indonesia-Arab , Surabaya : Pustaka Progressif. hal 388
[8]Dyayadi MT,Alam Semesta Bertawaf,
Yogyakarta : Lingkaran, 2008,hal.272.
[9]Khoiruddin Hadhiri SP,klasifikasi Kandungan
Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press,1993 M, hal.62.
[10]Hisham Tholhah dkk., Log cit.,hal 29.
[11]Dyayadi MT,Log cit.hal.284.
[12]Muhammad Nur Ichwan, Log cit. hal.188-189.
[13]Ibid.,hal.189.
[14]Muhammad Ismail Ibrahim, Isi Mulia Al Qur’an, Agama,
dan Ilmu, Jakarta:CV.Rajawali,1986,hal.189
[15]Dyayadi MT,Log Cit,hal.259.
[16]Ibid.,hal.94.
[17]Hisyam Thalbah dkk,.Logcit.hal. 164
The 7 BEST Gambling Sites in India (2021) - Casinites.One
BalasHapusThe best gambling 마틴게일 전략 sites in India · 1. 축구 토토 InterTops. · 2. 오산 휴게텔 1xbet.com. · 라이브 배팅 3. 1xBet Casino · 4. 토토 사이트 제작 BetVictor.