The SKy
Assalamu'alaikum. wr. wb Pembaca setia The SKy,, blogger ini sesungguhnya adalah hanya sebuah blog yang berisikan suatu tulisan, Namun hal ini Saya akan membuat blog ini berbeda dengan yang lainnya,, dengan mengungkapkan keseluruhan ilmu yang berkaitan dengan Astronomi, SKy dll. Selamat Membaca
Rabu, 28 Maret 2012
Hipotesa Teori Pembentukan Tata Surya
A. DEFINISI TENTANG TATA SURYA
Tata Surya merupakan susunan dari beberapa planet yang mengeliligi bintang terbesar dan bercahaya (matahari) dalam susunan tersebut, tata surya merupakan bagian terkecil dari alam semesta. Tata surya memiliki ratusan milyar planet, dimana matahari sebagai pusat dari semua planet itu. Di dalam tata surya terdapat milyaran planet, asteroid, satelit dan benda langit lainnya. Ada delapan planet besar yang terdapat dalam susunan tata surya, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Planet-planet tersebut selalu berevolusi terhadap matahari sebagai pusat tata surya.
Menurut Keppler (1609), planet beredar mengelilingi matahari dengan orbit (lintasan) berbentuk elip, matahari terletak pada salah satu titik fokusnya.
B. BENDA-BENDA DALAM TATA SURYA
a. Matahari
Matahari adalah sebuah bintang dari jutaan bintang, Matahari merupakan bintang yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Matahari merupakan pusat tata surya.
b. Planet
Planet adalah substansi materi yang dingin dan memancarkan cahaya yang berasal dari refleksi sinar matahari yang mengenainya. Menurut para ilmuwan, planet-planet dalam tatta surya berjumlah 8, yaitu .
• Merkrius
Merkiruis adalah planet kecil dalam tata surya. Merkurius mencapai 1/8 masa bumi, sedangkan gaya gravitasinya mencapai sekitar 3/8 bumi. Planet ini merupakan planet yangf terdekat dengan matahari, dan jaraknya sekitar 28 juta mil.
• Venus
Venus adalah planet yang paling indah. Oleh karena itu, ia dinamakan Venus, Dewa keindahan. Cahayanya begitu menyilaukan mata. Planet tersebut bisa dilihat di langit sebelum terbit dan terbenamnya matahari. Inilah yang menjadikannya disebut bintang pagi atau bintang langit.
• Bumi
Bumi adalah planet ke-3 yang dekat dengan matahari. Di bumi bisa berlangsung segala kehidupan. Tuhan menciptakan bumi sedemikian rupa agar dapat ditempati makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan.
• Mars
Para ilmuwan menyebut mars sebagai planet merah, karena tampilan warna merah-jingga yang membedakannya dari planet lain.
• Yupiter
Planet yupiter disebut planet raksasa yang mampu menelan 1.330 benda yang bentuknya seperti bumi. Diameternya lebih besar 11 kali dari bumi, yaitu 89.000 mil dan gaya gravitasinya mencapai 2,5 kali dari bumi.
• Saturnus
Saturrnus merupakan planet terbesar kedua setelah Yupiter. Saturnus biasa disebut planet bercincin karena cincin yang mengelilinginya tampak indah. Planet saturnus ditemukan oleh astronom asal Italia yaitu Galileo pada tahunb 1610.
• Uranus
Uranus mencapai 63 kali bumi. Meskipun demikian, uranus tampak kecil karena berada sangat jauh dari bumi. Untuk mengelilingi mataharii uranus membuutuhkan 84 tahun. Permukaan uranus tampak bersinar dan memantulkan cahaya hijau dan biru.
• Neptunus
Neptunus ditemukan pada tahun 1847. Neptunus berputar pada porosnya setiap 16 jam dan mengelilingi bumi selama 165 tahun bumi dengan diikuti 3 satelit. Suhu di Neptunus sangat dingin karena jaraknya sangat jauh dari matahari dan warna Nepttunus cenderung kehijau-hijauan.
c. Komet
Komet adalah kumpulan gas yang sangat ringan. Ia berjalan mengelilingi bumi dan planet lainnya, namun tidak berpengaruh sedikit pun. Ekor komet merupakan bagian paling ringan dan nyarris tidak kelihatan.
d. Meteoroid
Meteoroid benda langit padat bberukuran kecil di angkasa antar-planet. Saat memasuki atmosfer, meteoroid menguap lantaran panasnya matahari. Jejak gas dari situlah yang disebut sebagai meteor.
e. Asteroid
Asteroid menyerupai komet, yang mana keduanya sama-sama mengelilingi matahari. ketika mengitarinya, asteroid melewati bumi, lalu berjatuhan di atas bumi dalam jumlah besar seperti hujan dengan kecepatan tinggi.
C. HIPOTESIS TENTANG PEMBENTUKAN TATA SURYA MENURUT AHLI ASTRONOMI
Berbagai teori mengenai tata surya bermunculan, ketika manusia memilki naluri akan keingintahuan mereka mengenai asal mula tata surya. Berikut ialah beberapa hipotesis tentang terbentuknya tata surya beserta tokoh-tokohnya.
1. Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet-planet dan satelitnya. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
2. Hipotesisi Protoplanet
Teori ini dikemukakan oleh Carl von Weizsaecker kemudian disempurnakan oleh Gerard P.Kuiper pada tahun 1950. Teori proto planet menyatakan bahwa tata surya terbentuk oleh gumpalan awan gas dan yang jumlahnya sangat banyak.Suatu gumpalan mengalami pemampatan dan menarik partikel-partikel debu membentuk gumpalan bola.Pada saat itulah terjadi pilinan yang membuat gumpalan bola menjadi pipih menyerupai cakram (tebal bagian tengah dan pipih di bagian tepi).Karena bagian tengah berpilin lambat mengakibatkan terjadi tekanan yang menimbulkan panas dan cahaya(Matahari).Bagian tepi cakram berpilin lebih cepat sehingga terpecah menjadi gumpalan yang lebih kecil.Gumpalan itu kemudian membeku menjadi planet dan satelit.
3. Hipotesis Planetisimal
Hypotesisi ini dikemukakan oleh T.C Chamberlein dan F.R Moulton. mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama kelamaan menjadi padat dan di sebut planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik - menarik bergabung menjadi satu dan pada akhirnya membentuk planet.
4. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gayapasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya. Karena adanya gaya gravitasi serpihan yang letaknya berdekatan bergabung sedikit demi sedikit dan akhirnya membentuk planet, dan terbentuklah susunan tata surya.
D. HIPOTESIS PEMBENTUKAN TATA SURYA MENURUT AL-QUR’AN
Al-qur’an juga menjelaskan tentang terbenutknya tata surya dalam surat Al-A’raf ayat 54 yang berbunyi :
•
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
Ayat ini menjelaskan bahwa dalam tata surya terdapat matahari, planet, dan satelit. Semua benda tersebut diciptakan dan memiliki garis edarnya masing-masing atas kehendak Allah SWT.
Sabtu, 24 Maret 2012
Konsep Alqur'an Bumi dan Isinya
1. Bagaimana Bumi Diciptakan
1) Prosedur Penciptaan Bumi
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa al qur’an dalam
mengungkapkan suatu perjlas namun hanya masalahan tidak diungkapkan secara
dengan isyarat yang bersifat umum. Dalam pemahamannya harus melibatkan
penelitian yang lebih mendalam. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Imam Ja’far Al
Shidiq mengenai hal ini mengatakan bahwa,”Asal-usul prinsip segala sesuatu dan
menyebabkan berkembang adalah intelek. Tanpa intelek tak ada yang bisa dicapai.
Tuhan menganugerahkan kepada hamba-Nya cahaya dan hiasan intelek. Dengan
intelek hamba itu dapat mengetahui penciptaan-Nya, dan memahami Dialah yang
mengatur dan merekalah yang diatur. Dengan intelek mereka menyimpulkan kuat
pengamatan bahwa yang ada di alam semesta ini telah diatur oleh sang pencipta.[1]
Seperti halnya dalam penciptaan alam semesta, penciptaan
bumi yang merupakan hasil dari ledakan besar (big bang), pada asal mulanya
semua benda angkasa yang terhampar merupakan suatu gumpalan asap yang kemudian
bercerai-berai. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah SWT dalam Al qur’an
surat Al anbiya ayat 30 :
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
Artinya: ”
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?”
Seperti yang ditafsirkan oleh Imam Thantawi Jauhari
adalah sebagai berikut: ”Sesungguhnya langit dan bumi yakni matahari dan
planet-planet serta semua yang ada di dalam alam semesta dahulu semuanya saling
bertautan atau terkumpul dalam satu tempat, kemudian Allah memisahkannya. Ini
merupakan mu’jizat Al qur’an, karena teori ini tidak diketahui manusia kecuali
pada masa sekarang ini. Sedangkan yang menjadi sebab asal mulanya alam ini
berupa api yang menyala, kemudian akibat perputaran yang terus menerus dalam
kurun waktu lama bagian luar matahari menjadi dingin dan lepas.
Berdasarkan usaha keras yang melibatkan ribuan pakar dan
waktu yang cukup panjang dibuktikanlah pada umat manusia bahwa bumi kita pada
awal penciptaannya penuh dengan air, sampai tidak ada kawasan air yang tampak,
kemudian Allah menghendaki untuk memuntahkan dasar samudera luas dengan letusan
gunung berapi yang terus-menerus memuntahkan lava yang menggumpal satu sama
lain. Dengan terus-menerusnya berlangsungnya aktifitas gunung berapi, kepulauan
vulkanik ini pun berkembang secara bertahap melalui proses pengembangan,
sehingga terbentuklah benua induk yang terkenal dengan benua Pangea.
Kemudian Allah SWT berkehendak membelah benua induk ini
melalui jaringan retakan-retakan dan penyekungan bumi, yang akhirnya
mengakibatkan benua ini terbelah menjadi tujuh yang kita kenal. Bahkan
antarbenua saling menjauh sampai berada di posisi sekarang. Dalam proses ini
sebagian dari dasar samudera berubah menjadi daratan oleh letusan gunung berapi
yang terus-menerus berulang . Daratan juga membelah dengan proses yang
diakibatkan oleh retakan dan penyekungan bumi menjadi dua bagian terpisah
dengan lautan, bahkan laut ini senantiasa meluas sehingga berubah menjadi
samudera.[2]
2) Masa Penciptaan Bumi.
Kitab-kitab samawi terdahulu menyepakati bahwa Allah SWT
telah menciptakan langit, bumi dan segala isinya dalam waktu enam hari. Begitu
juga Al-Qur’an dalam hal ini memberikan ilustrasi kepada kita tentang masa
penciptaan langit, bumi dan isinya yaitu dalam Enam masa. Sebagaimana firman
Allah SWT :
ö@è% öNä3§Yάr& tbrãàÿõ3tGs9 Ï%©!$$Î/ t,n=y{ uÚöF{$# Îû Èû÷ütBöqt tbqè=yèøgrBur ÿ¼ã&s! #Y#yRr& 4 y7Ï9ºs >u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÒÈ
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu
kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". (QS. Fushsilat : 9)
Secara eksplisit ayat diatas menjelaskan bahwa penciptaan
langit, bumi, beserta isinya dalam waktu enam hari. Nampaknya jika hal ini
diperbandingkan pernyataan dalam Bibel, hampir
tidak ada perbedaan. Sebab menurut riwayat Bibel
bahwa alam semesta ini juga diciptakan dalam waktu enam hari. Hal ini berarti enam hari yang ada pada Bibel
juga sama dengan enam hari yang ada di al-qur’an[3]
Akan tetapi, al-Qur’an
belum cukup menyebutkan hakikat tentang alam ini, Oleh karena itu ada hakikat
pendukung tentang penjelasan dari hari-hari penciptaan langit dan bumi tersebut
yang termaktub dalam al-Qur’an yang berbeda dengan kitab samawi. Sebagaimana
telah diuraikan lewat ayat di atas, bahwa penciptaan alam dalam waktu enam
hari, Akan tetapi dalam ayat lain di jelaskan bahwa Allah telah menciptakan
langit, bumi beserta isinya dalam waktu dua hari[4]
Sebagaimana diuraikan dalam ayat diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa, memang benar Allah SWT menciptakan langit dan bumi beserta
isinya dalam waktu 6 hari dengan rincian, 2 massa menciptakan langit dan
bumi, 4 massa diciptakan apa-apa yang
ada didalamnya seperti gunung-gunung, daratan, lautan, dan sebagainya.
Sedangkan maksud dari surat Fushshilat ayat 9 tersebut,
karena tenggang waktu penciptaan bumi sejak dalam bentuk asap hingga berotasi pada porosnya secara
tetap mengitari matahari dalam bentuk bola yang halus, yang memiliki permukaan
menyerupai cairan telah menghabiskan waktu selama dua hari.[5]
Menurut al-Qur’an surat Fushshilat ayat 10 menyimpulkan
bahwa setelah semuanya seimbang dalam tempo 4 hari atau 4 massa selanjutnya
Allah menciptakan gunung-gunung, lautan, samudera, benua, dan sungai serta
pelindung atau perisai untuk melindungi bumi dari meteor-meteor luar angkasa
yang menghujani bumi. Setelah itu Allah SWT melengkapinya dengan kehidupan yang
dimulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan kemudian menciptakan manusia pada
akhir penghujung hari ke-6.
Sedangkan menurut tafsir Ahmad Musthafa Al Maraghi
tentang kalimat fii arba’ati ayyami ,
bahwasannya penciptaan bumi, dijadikannya kekayaan bumi, dan ditentukannya
kadar bahan makanan adalah dalam dua tahapan pula, jadi seluruhnya dalam empat
tahapan.[6]
2. Bumi Itu Bulat
Dalam al-Qur’an sebelumnya telah disinggung sejak jauh
hari bahwa bentuk bumi yang bulat pada sebuah masa dimana kebodohan dan tahayyul
merajalela. Informasi mengenai bumi ini tersebar dalam beberapa ayat, Allah SWT
menuturkan bahwa siang hari menyusul malam dengan cepat, begitu pula sebaliknya
tanpa mengalami kemandegan.
Marilah kita perhatikan
firman Allah SWT sebagai berikut :” Ia menyusulnya dengan cepat” . Menurut fakta ini bahwa jalur peredarannya
berputar dengan teratur. Memahami ayat tersebut, tampak dengan jelas pada kita tentang ilustrasi
jalur peredaran yang berputar mengelilingi bumi. Pada jalur itu terjadilah
malam dan siang. Waktu malam ada setelah menutupi siang, begitu sebaliknya.
Allah SWT berfirman pada Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat
5:
t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Èd,ysø9$$Î/ ( âÈhqs3ã @ø©9$# n?tã Í$pk¨]9$# âÈhqs3ãur u$yg¨Y9$# n?tã È@ø©9$# ( t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@à2 Ìøgs 9@y_L{ K|¡B 3 wr& uqèd âÍyèø9$# 㻤ÿtóø9$# ÇÎÈ
Artinya : “ Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang
benar; dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Kata “menutupkan” dalam ayat diatas diartikan takwir.[7]
Dalam kamus bahasa Arab, misalnya kata ini digunakan untuk menggambarkan
pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu diatas yang lain secara melingkar
sebagaimana sorban dipakaikan di kepala.[8]
Keterangan diatas
bahwa siang dan malam saling menutup satu sama lain, di dalamnya berisi
keterangan yang tepat mangenai bentuk bumi. Ini berarti dalam al-Qur’an yang
telah diturunkan pada abad ke-7 telah mengisyaratkan bentuk planet yang bulat. Bentuk
bumi juga bulat sebagaiman planet-planet yang lain dengan bukti :[9]
·
Ketika matahari baru saja terbenam, aawan dan gunung-gunung yang tinggi
masih kelihatan terang.
·
Pelayaran kesatu arah akan kembali ke tempat semula.
·
Kapal yang menuju ke pantai yang terlihat lebih dulu adalah tiangnya yang
tinggi.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’du ayat 3:
Dan juga berfirman dalam
Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 19:
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ytB $uZøs)ø9r&ur $ygÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ
Artinya : ”
Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”.
Sebagaimana
diuraikan dalam ayat diatas, bahwa bumi itu dihamparkan, jika lebih
memahaminya, bukan berarti bumi itu datar, akan tetapi yang dimaksud ayat
diatas adalah begitu hampar. Lalu
bagaimana bumi itu dihamparkan ? Apa maksudnya? Maksudnya ialah, ketika
kita hendak melakukan perjalanan diatas
bumi, maka bumi tersebut membentang di hadapan kita, bumi tidak memiliki
batasan akhir hingga mencapai titik putar tanpa ada arah dibelakangnya, atau
berupa jurang pemisah yang bersifat pemanen dimana kita tidak mampu
melewatinya.
Selanjutnya
kita berjalan ke berbagai arah sesuai dengan apa yang kita inginkan. Semuanya
berjalan secara berputar, Dimana kita berjalan disitu bumi membentang. Tidak
ada bentuk penampilan (figur) yang dapat menyatakan hal itu di dalamnya.
Kecuali bumi berbentuk bundar, kemanapun kita berjalan diatasnya, maka bumi
tetap membentang dihadapan kita. Bentuk apapun selain bundar tidak mungkin bisa
menyatakan maksud dari makna ayat di atas.
Fakhrur
Ar-Razi dalam tafsirnya Mafatih Al-ghoib mengisyaratkan bahwa bumi itu
bulat dan tidak datar. Dalam hal itu beliau berkata : “ Sesungguhnya maksud
dibentangkannya bumi adalah di hamparkannya sampai pada batas yang tidak di
ketahui ujung pangkalnya. Sebagaimana Allah SWT telah menjadikan ukuran bumi itu
begitu besar, sehingga penglihatan mata kita tidak bisa mencapai batas ujung
pangkalnya. Sebuah bola jika bentuknya sama besar, maka setiap bagiannya
terlihat seperti permukaan yang rata nan membentang.[10]
Usman
Surya sama sekali tidak menunjukkan ayat Al-Qur’an manakah yang menyebutkan
bahwa Allah SWT menegaskan bahwasanya bumi itu datar. Justru Al-Qur’an
menegaskan bahwa langit tak bertiang.
Sepengetahuan
penulis yang sering disalah tafsirkan jjika seolah-olah Bumi itu datar salah
satunya adalah ayat al-Qur’an yang berarti : "Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hampara bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahuinya" (QS.Al-Baqarah:22)
Bumi
diciptakan oleh Allah SWT memang berbentuk bulat. Namun itu adalah hakikat
ilmiah yang sulit terbantahkan. Lalu Dia (Allah) menjadikan yang bulat itu
terhampar bagi manusia yakni kemanapun mereka melangkahkan kaki, mereka akan
melihat atau mendapatkan bumi terhampar. Itu dijadikan oleh Allah SWT agar
manusia dapat meraih manfaat sebanyak mungkin dari pembentukan bumi demikian
tersebut.
Muhammad
Quraisy Shihab juga menambahkan bahwa dalam firman tersebut: ”Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kamu”. Demikian memberi kesan tentang betapa bumi telah dijadikan oleh Allah SWT
begitu mudah dan nyaman untuk dihuni manusia. Sehingga kehidupan tidak berubah,
bagaikan “kasur yang terhampar dan siap untuk ditiduri”.
Jelaslah
bahwa pengertian terhampar atau terbentang luas itu tidak identik dengan bumi
yang datar dan luas. Sebagai bukti walaupun bumi itu luas, namun jika kita
melihat padang sawah atau ladang yang terbentang luas. Untuk itu perlu kita
renungkan ayat Al qur’an tersebut yang secara jelas menggambarkan hamparan
tumbuh-tumbuhan di padang luas.[11]
3. Penafsiran Tentang As-Samawat
Langit
dalam bahasa arab merupakan derivasi dari as sama’(mufrod), yang
jamaknya As-Saamawat. Kata tersebut dalam al-Qur’an terulang sebanyak
310 kali, yang semuanya itu telah tersebar dalam beberapa surat di dalam al-Qur’an
. Dalam bentuk mufrod kata al Sama’ disebut sebanyak 120 kali, sedang dalam bentuk jamak terulang
sebanyak 190 kali.[12]
Pengertian
langit menurut Ir.Abdurrozaq Naufal , bahwasannya langit menurut bahasa adalah
segala sesuatu yang berada di atas kita lantas melindungi kita, maka dengan demikian arti langit bagi
alam sama seperti atap bagi rumah. Lebih lanjut lagi, dia mengatakan bahwa
menurut ilmu pengetahuan langit adalah sebuah segala apa yang ada di sekeliling
benda-benda yang terdiri dari bintang-bintang, dan kumpulan-kumpulan tata
surya. Dengan demikian, langit itu merupakan sesuatu yang meliputi bumi.[13]
Ada
juga yang menginterpretasikan langit sebagai bola dunia yang menghimpun seluruh
garis-garis orbit dan bintang-bintang di majaroh kita, yakni batas alam
material kita.[14]
Penafsiran ini juga sesuai jika dilihat sebagaimana penafsiran Imam Muhammad
Abduh, mengatakan: langit (As Samaau) adalah berbagai sesuatu yang berada di
atas ketinggian kepala kita.
Para
astronom sepakat bahwasannya langit itu adalah sesuatu yang berada di
sekeliling bumi dan di atas kita yang mana di dalamnya terdapat planet-planet,
satelit, galaksi dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an
Surat Al Anbiya ayat 104:
tPöqt ÈqôÜtR uä!$yJ¡¡9$# ÇcsÜ2 Èe@ÉfÅb¡9$# É=çGà6ù=Ï9 4 $yJx. !$tRù&yt/ tA¨rr& 9,ù=yz ¼çnßÏèR 4 #´ôãur !$oYøn=tã 4 $¯RÎ) $¨Zä. úüÎ=Ïè»sù ÇÊÉÍÈ
Artinya: “
(yaitu) pada hari kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran
kertas. sebagaimana kami Telah memulai panciptaan pertama begitulah kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah
yang akan melaksanakannya.”
Dalam
buku “langit dan para penghuninya (terjemahan As Samaa wa Ahl Samaa) karangan
Ir.Abdurrozaq Naufal, beliau menyatakan bahwa Al Qur’an membentangkan hakikat
penciptaan langit dan menjadikannya sebagai “atap yang terpelihara”, yaitu
terpelihara dari kejatuhan. Kata-kata terpelihara tersebut mencakup segala macam keterpeliharaan bagi
langit dari alam lain dan diantaranya bumi, akan tetapi orang-orang kafir tetap
berpaling dari ayat-ayat Allah SWT.[15]
4. Isi Bumi
a.
Gunung
Bila kita luaskan mata sejauh mata kita memandang,
misalnya memandang gunung menghijau,
betapa indah terlihat pemandangan tersebut. Bila kita ada kesempatan untuk
mendaki gunung tersebut, maka terasa udara pegunungan yang sejuk dan bersih
yang jauh dari polusi udara dan kebisingan kota. Apakah gunung yang berdiri kokoh dan tegak itu hanyalah
diam mematung tidak pernah bergerak?menurut Ahli Geologi, gunung sebenarnya
tidaklah diam mematung, tetapi gunung berfungsi memainkan peran penting dalam menstabilkan
kerak bumi[16].
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Anbiya ayat 31:
$uZù=yèy_ur Îû ÇÚöF{$# zÓźuru br& yÏJs? öNÎgÎ/ $uZù=yèy_ur $pkÏù %[`$yÚÏù Wxç7ß öNßg¯=yè©9 tbrßtGöku ÇÌÊÈ
Artinya: “ Dan Telah kami jadikan di bumi Ini
gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan
Telah kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka
mendapat petunjuk”.
Sebagaimana firman Allah dijelaskan bahwa gunung mempunyai
fungsi untuk mencegah goncangan pada bumi. Fakta itu tidak diketahui oleh
siapapun ketika Al Qur’an diturunkan. Gunung dalam kata lain, di pahami
Menggenggam lapisan pada kerak bumi secara bersama-sama melalui satu
"pancang" yang memanjang dari atas ke bawah oermukaan bumi, sekaligus
menghubungkan semua lapisan-lapisan dari dalambumi ini. Sebagaimana Firman
Alllah SWT dalam surat Luqman ayat 10, Yang artinya : "Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu
melihatnya dan dia meletakan gunung-gunung (dipermukaan) bumi supaya bumi itu
tidak menggoyangkan Kamu"
Peranan penting gunung dalam hal ini merupakan penemuan
hasil kejadian dalam bidang geologi modern dari kajian gempa bumi. hal itu
sebenarnya telah dijelaskan dalam Al-Qur'an berabad-abad yang lalu sebagai
lamabang kebijaksanaan TUhan Yang Maha Mengetahui. Allah SWT berfirman dalam
Qur'an Surat Fathir ayat 27 :
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ ;NºtyJrO $¸ÿÎ=tFøC $pkçXºuqø9r& 4 z`ÏBur ÉA$t6Éfø9$# 7yã` ÖÙÎ/ ÖôJãmur ì#Î=tFøC $pkçXºuqø9r& Ü=Î/#{xîur ×qß ÇËÐÈ
Artinya : “ Tidakkah kamu melihat
bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan
itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu
ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang
hitam pekat”.(Q.S Fathir : 27)
b.
Lautan dan Daratan
Sejak serempatan abad ini sebagian peneliti telah
mengkaji secara mendalam hakikat jumlah katadalam pembahasan Al-Qur'an yang
berkenaan dengan dimasukkannya pengertian "Lautan (al-bahr) kepada kata
"daratan"(al barr) telah muncul banyak pertanyaan mengenai kebenaran
hal ini, sehingga mendorong kita untuk mencoba mengkaji kembali dan menghitung
pengulangan jumlah kata Al- bahr (البحر)
dan kata al barr yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Kata bahr (بحر) dalam
Al-Qur'an dengan bentuk tunggal (mufrod) berjumlah32 ayat dan kata barr (بر) dalam bentuk tunggal berjumlah 12 ayat,
di tambah dengan satu ayat yang menggunakan kata Yabasan (يبسا) yang murodif dengan kata al barr (البر) maka berjumlah 13 ayat[17]
C.
Langit
Beradasarkan penjelajahan yang dilakukan para ilmuan dan
para mufassir dahulu terhadap lembaran
Al-Qur'an dapat disimpulkan bahwasanya tingkatan langit itu ada 7, Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Al-Mulk ayat 3,
Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù u|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌ
Artinya : “ Yang Telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S Al-Mulk : 3)
Ayat tersebut telah menjelaskan kepada kita bahwa ada 2
sifat langit, yaitu, pertama jumlah langit ada 7 dan kedua Bentuk langit bertingkat, yakni sebagian
langit berada diatas bagian lainnya. hal ini seperi yang kita ketahui dalam
tafsir Al-Qur'an dan Kamus-kamus bahasa arab. dalam surat Al-Tholaq ayat 12,
hanya memastikan bahwa bumi menyerupai langit. bila jumlah timhgktan langit ada
7, maka begitu pula dengan jumlah tingkatan bumi yang ada 7.
Sekarang kita berhenti sejenak pada kata 'ibasan (berlapis-lapis)
yang menerangkan tentang adanya tingkatan ini adalah apa yang ditemukan para
Ilmuan abad ini bahwa bumi ini
bertingkat-tingkat. padahal sejak jauh hari Al-Qur'an telah menerangkan bentuk
bumi yang bertingkat-tingkat. Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa jumla
tingkatannya ada 7 (tujuh)[18].
[1]Muhammad Nur Ichwan, Tafsir Ilmy Memahami Al-qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, Jogjakarta:Menara
Kudus, 2004, hal. 190-191.
[2]Dr. Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunah, Jakarta : Amzah, 2006. Hal.152-153.
[3]Ibid.,hal.197.
[4]Hisyam Thalbah dkk. Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadits. Bekasi:Sapta Santosa,
2008. hal.2
[5]Ibid.,hal.20.
[6]Ahmad Musthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al
Maraghi, Semarang:Taha Putra.hal.205.
[7]Adib Bisri dan Munawwir AF, Kamus
Indonesia-Arab , Surabaya : Pustaka Progressif. hal 388
[8]Dyayadi MT,Alam Semesta Bertawaf,
Yogyakarta : Lingkaran, 2008,hal.272.
[9]Khoiruddin Hadhiri SP,klasifikasi Kandungan
Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press,1993 M, hal.62.
[10]Hisham Tholhah dkk., Log cit.,hal 29.
[11]Dyayadi MT,Log cit.hal.284.
[12]Muhammad Nur Ichwan, Log cit. hal.188-189.
[13]Ibid.,hal.189.
[14]Muhammad Ismail Ibrahim, Isi Mulia Al Qur’an, Agama,
dan Ilmu, Jakarta:CV.Rajawali,1986,hal.189
[15]Dyayadi MT,Log Cit,hal.259.
[16]Ibid.,hal.94.
[17]Hisyam Thalbah dkk,.Logcit.hal. 164
Langganan:
Postingan (Atom)